Selasa, 05 Oktober 2010

New Media - Digital Culture [Digital Theory]


New Media


Tidak ada metode ataupun kerangka teori untuk mempelajari New Media . namun jika kita menghargai apa pendekatan-pendekatan teoretis baru ke New Media, mungkin hal ini akan menjadi sangat penting bahwa kita pertama menguraikan cara media yang cenderung dianalisis dan menjelaskan historis.

Sulit untuk mendefinisikan new media disebabkan karena sulitnya menjelaskan apa variabel dari “new” itu. Mengatakan new media, bisa berarti berdasarkan WAKTU. Jadi semakin baru, semakin modern, semakin New Media. Lalu bisa juga dilihat dari sisi MANFAAT, jadi semakin heboh di kalangan masyarakat, semakin mengubah culture / budaya, makin new media.

New Media bisa dilihat dari sisi PRODUKSI, jadi kalau diproduksi dengan teknologi baru, itu menjadi new media. Dengan definisi ini, koran menjadi new media, sebab koran diproduksi engan komputer dan di desain dengan software-software modern.

New Media bisa dilihat dari sisi DISTRIBUSI, kalau hasilnya / packagingnya baru (secara digital misalnya) itu baru new media. Denan definisi ini, koran cetak menjadi old media, dan koran online baru new media.


Jadi, sebenarnya apa itu new media? Jelas pertanyaan ini akan sangat sulit dijawab, karena bisa dilihat dari segi waktu, manfaat, produksi, dan distribusinya. Itulah yang membuat new media sangat sukar untuk didefinisikan.

Kalau mau mengambil contoh, saya akan memberikan 2 contoh media yang membuat kita bingung, manakah yang new media?

Pertama, buku jika dengan cepat dinilai, tentu mayoritas orang akan mengatakan buku adalah Old Media, tapi mari kita bahas buku yang sangat fenomenal, laris, diterjemahkan dan dibaca jutaan orang.


Contohnya Twilight Saga atau Harry Potter.




Buku-buku ini sangat digandrungi banyak orang, apakah ini termasuk Old Media? Sudah jelas secara waktu buku-buku ini baru ditulis dan dicetak, secara manfaat jelas mengubah culture masyarakat, dan secara produksi, tetnu diketik di komputer dan dicetak memakan alat-alat percetakan canggih, tetapi secara distribusi, ini hanyalah sebuah buku… Seratus tahun yang lalu buku seperti ini juga banyak. Jadi?


Contoh kedua adalah Friendster.



Masih ingatkah anda dengan Social Network yang DULU sempat sangat booming di Indonesia ini? Hmmm… Kemanakah gaungnya sekarang? Apakah SEKARANG Friendster masih bisa disebut New Media?

Memang Friendster merupakan media digital, social-networking, tetapi sudah lama ditinggalkan orang dan tidak disentuh masyarakat. Secara produksi dan distribusi, Frendster bisa dikatakan New-Media, tetapi secara waktu dan manfaat, kini Friendster sudah dilupakan orang. Apakah bisa Friendster saat ini tetap disebut New Media?

bagaimanakah menurut anda?

Apapun sudut pandang teoretis Anda tentang New Media, sulit untuk berpendapat bahwa media sendiri tidak berada di bawah perubahan besar selama 20 terakhir atau 30 tahun. Ini berarti bahwa pemahaman kritis dari lapangan adalah penting jika kita ingin menghasilkan pendekatan teoritis yang canggih. Teori New Media pun saat ini masih dalam tahap awal pengembangan dan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyempurnakannya.


referensi : Glen Creeber and Royston Martin Digital CulturesDigital Cultures, johansen halim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

baca artikel untuk inspirasimu hari ini :) enjoy ur day !