Minggu, 24 Oktober 2010

New - Media - Digital Cinema




Digital Cinema atau Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisi high definition. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.

sinema digital dapat dibuat dengan media video yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format high definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit.

Perbedaan sinema digital



Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital berbentuk garis-garis, sementara sinema konvensional yang menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara, sinema digital hanya dapat memberi kualitas suara stereo. Sementara sinema konvensional, memiliki kualitas suara dolby surround.

dari saya perhatikan, ternyata digital Cinema lebih baik dari cinema reguler yang menggunakan proyektor berpita 35mm. Kalo menggunakan reguler cinema kita pasti sedikit terganggu pada saat pergantian proyektor, kadang ada beberapa detik adegan yang terpotong karena kekurang rapihan dan kurang mulusnya perpindah dari satu reel proyektor ke reel proyektor lainnya, belum lagi ketika perpindahan reel proyektor suara kadang suka ada gangguan. Malah disatu kasus suara sempat hilang beberapa detik.

Digital Cinema menggunakan 1 proyektor saja, sehingga masalah-masalah pada proyektor regular tidak lagi didapat. Film berjalan mulus dari awal sampai akhir. Ini yang menurut gua merupakan keunggulan utama D-Cinema. D-Cinema memberikan kemulusan film seperti kita menonton pada DVD/Blue-Ray. Tidak ada perpindahan reel atau putus-putus karena film diproyeksikan HANYA dari 1 proyektor saja. Dan lagi gambarnya jadi jauh lebih jernih dari cinema reguler.

Dari segi kualitas suara, D-Cinema memberikan kualitas suara superior. lebih baik dari cinema reguler, dentuman suara lebih menggelegar dan bass terasa lebih dalam. Yang biasanya kalo gua nonton di cinema reguler kursi nggak sampai bergetar, dengan D-Cinema kursi bisa sampe bergetar gara-gara soundnya.

biasanya pada Digital cinema saat sebelum film mulai, TIDAK ADA surat Pernyataan lulus sensornya. Jadi langsung aja film mulai, tidak seperti pada versi reguler yang selalu ada surat lulus sensornya. ini dikarenakan mungkin pihak LSF belum bisa mengakali bagaimana cara menyensor atau memasang surat lulus sensor pada film yang diputar dalam versi digital ini.

Mungkin kelemahannya (In My Humble Opinion :D), dengan Digital Cinema suara surround nya kurang terasa, karena kebanyakan suara terlalu di dominasi oleh front speaker.

referensi : wikipedia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

baca artikel untuk inspirasimu hari ini :) enjoy ur day !